ASKEP AMENORHEA
a. Definis Amenorhea
Amennorhea adalah tidak ada
atau terhentinya haid secara
abnormal. (kamus istilah
kedokteran )
Amenorrhea dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Amenorrhea fisiologik
Terjadi
pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan sesudah menopause.
2. Amenorrhea Patoogik
a) Amenorrhea Primer
Wanita umur 18 tahun keatas pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan
genetic.
b) Amenorrhea Sekunder
Penderita pernah mendapat haid, tetapi
kemudian tidak dapat lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi,
metabolism, tumor, penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan
stress psikologis.
b.
ETIOLOGI
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata
Selaput
dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori
Rangsangan
hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim
sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
3. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik,
psikologis, penambahan berat badan .
• Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
• Disfungsi Ovarium : kelainan congenital,
tumor
• Endometrium tidak bereaksi
• Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit
kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan ginjal.
c. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1) Tidak terjadi haid
2) Produksi hormone estrogen dan progesterone
menurun.
3) Nyeri kepala
4) Lemah badan
d. PATOFISIOLOGI
Disfungsi
hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor
yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (
gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan
genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses
autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat
menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan
kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual (
estrogen dan progesterone ) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga
terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan
terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea.
Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih cortikotropin
realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH
e. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah
infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita
sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan
terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat
hormone seperti osteoporosis.
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer
: apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder maka diperlukan
pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam
rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi, histeroskopi dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda
perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH
dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar
hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone prolaktin dalam tubuh.
g. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila
penyebab adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut
beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas
belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan
penyebab dari amenorrhea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka
diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan
menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan
atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.
ASUHAN KEPERAWATAN
a.
ANAMNESIS
Anamnesis
yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan sejakkanak-kanak,
termasuk tinggi badan dan usia saat pertama kali mengalami pertumbuhan payudara
dan pertumbuhan rambut emaluan. Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang
lain (ibu dan saudara wanita) mengenai usia mereka pada saat menstruasi
pertama, informasi tentang banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode menstruasi
terakhir, juga perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis yang pernah
diderita, trauma, operasi, dan pengobatan juga penting untuk ditanyakan.
Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba, olahraga,
diit, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan psikisnya juga penting untuk
dianyakan.
b.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada
pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital dan juga
termasuk tingg badan, berat badan dan perkebangan seksual. Pemeriksaan yang
lain adalah :
1) Keadaan payudara
2) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia
eksternal
3) Keadaan vagina
4) Uterus : bila uterus membesar kehamilan
bisa diperhitungkan
5) Servik : periksa lubang vagina
c.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasi
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi yang didapat tentangpenyakitnya (amenorrhea)
3) Gangguan konsep diri : HDR yang
dihubungkan dngan ketidaknormalan (amenorrhea primer)
4) Isolasi social yang dihubungkan dengan
harga diri rendah
5) Perubahan proses keluarga brhubungan
dengan komuniksi yang tidak efektif dalam kluarga
6) Koping keluarga tidak efektif berhubungnan
dengan komunikasi yang tidak ektif dalam keluarga.
7) Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan penyakitnya, perubahan proses keluarga.
8) Berduka antisipasi dapat dihubungkan
dengan infertilitas.
d. INTERVENSI
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
- Cemas berkurang
- Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang,
berat, panic.
b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Beri dorongan pada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan
d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv,
dengarkan radio, permainan untuk mengurangi kecemasan.
e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi yang didapat tentang penyakitnya ( amenorrhea )
Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang
penyakitnya
Intervensi :
a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
tentang penyakit yang dideritanya
b) Memberikan pengajaran sesuai dengan
tingkat pemahaman pasien
c) Memberikan informasi dari sumber-sumber
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
3) Gangguan konsep diri : HDR yang
dihubungkan dengan ketidak normalan ( amenorrhea primer )
Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan
diri secara verbal
Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat
dan pasien
b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan
negative
c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif
terhadap orang lain
d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas
untuk mencapai harga diri rendah yang tinggi
e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap
pengembangan pasien dalam pencapaian tujuan
4) Isolasi social yang dihubungkan dengan
harga diri rendah
Kriteria hasil :
- Melaporkan adanya interaksi dengan teman
dekat, tetangga, atau masyarakat
- Memulai berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Bantu pasien untuk membedakan antara
persepsi dengan kenyataan
c) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor
yang berpengaruh pada perasaan isolasi social
d) Dukung hubungan dengan orang lain yang
mempunyai ketertarikan dengan tujuan yang sama
e) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan
seperti pergi jalan-jalan.
5) Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga
Kriteria hasil :
- Memahami peran dalam peran keluarga
- Berfungsi untuk saling memberikan dukungan
kepada setiap anggota keluarga
Intervensi :
a) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi
perilaku yang mungkin menghambat pengobatan yang dianjurkan
b) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi
kekuatan personal
c) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan
dan masalahnya secara verba
d) Pertahankan ritual / rutinitas keluarga
missal makan bersama, membuat keputusan keluarga
e) Berikan penguatan positif terhadap
penggunaan mekanisme koping yang efektif
6) Koping keluarga tidak efektif berhubunga
dengan komunikasi yang tidak efektif dalam keluarga
Kriteria hasil :
Anggota keluarga akan :
- Menyadari kebutuhan unit keluarga
- Mulai menunjukan keterampilan interpersonal
yang efektif
- Menggunakan strategi penelesaian masalah
yang lebih fleksibel
Intervensi :
a) Tingkatkan hubungan saling percaya,
keterbukaan dalam keluarga
b) Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus
pada aspek positif dari siuasi pasien
c) Bantu keluarga dalam megambil keputusan
dan memecahkan masalah
d) Beri dorongan dalam keluarga untuk
menyadari perubahan pada hubungan interpersonal
e) Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya
koping dalam hubungan keluarga
7) Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan penyakitnya, ‘perubahan proses keluarga
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan perasaan – perasaan yang
berhubungan dengan emosional
- Mengidentifikasi pola koping personal
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji status koping individu yang ada
c) Membantu pasien dalam mengidentifikasi
kekuatan personal
d) Jika individu marah : gali mengapa
individu marah, akui bahwa setiap orang dapat marah
e) Bantu individu untuk memecahkan masalah
dengan cara yang efektif
f) Instruksikan individu untuk melakukan
tekhnik relaksasi
8) Berduka antisipasi dapat dihubungkan
dengan infertilitas
Kriteria hasil :
- Mengekspresikan rasa berduka
- Membagi rasa berduka dengan orang – orang
terdekat
Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya pasien /
perawat
b) Dorong individu untuk berbagi rasa
keprihatinan, ketakutan
c) Siapkan individu dan keluarga untuk
menghadapi reaksi berduka
d) Tingkatkan keakraban diantara keluarga
e) Tingktkan proses berduka dengan masing – masing respon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar