MAHASISWA

MAHASISWA
Taufan S,kep.Ns

Sabtu, 11 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERNIA


Hernia

1.     Pengertian
        Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246).
        Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 : 216).
        Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).

2.    Etiologi
         Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
         Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

3. Klasifikasi
a.         Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
b.         Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
c.         .Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya), Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
d.         Menurut kausanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
e.         Menurut keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
f.          Menurut nama penemunya : Hernia Petit (di daerah lumbosakral), Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral, Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
g.         Beberapa hernia lainnya :
-           Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
-           Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
-           Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

4. Tanda & Gejala
-           Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali.
-           Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
-           Tampak benjolan di lipat paha.
-           Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
-           Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
-           Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
-           Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
-           Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar (Oswari, 2000 : 218)

1.    Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara (Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 : 253). Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).


6. Penatalaksanaan
a.  Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
b. Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
c.         Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
d.         Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
e.         Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.
f.          Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan (Long, 1996 : 246)
g.         Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester,2002 : 54).


7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit



                        ASUHAN KEPERAWATAN

1.         Pengkajian
a.   Aktivitas/istirahat
            Gejala :
             - Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
             - Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
              - Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
             Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
b.   Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
c.   Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
                          d.Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
e.         Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321)
f.          Post Operasi
Status Pernapasan :
- Frekuensi, irama dan ke dalaman
- Bunyi napas
- Efektifitas upaya batuk
Status Nutrisi :
- Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi   :
- Distensi abdomen pola BAK/BAB
Kenyamanan   :
- Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka   :
- Keadaan/kebersihan balutan
- Tanda-tanda peradangan
- drainage
Aktifitas   :
- Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan
a.         Nyeri b/d kondisi hernia atau intervensi pembedahan
b.         Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d hemorragi
c.         Resiko tinggi infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer
d.         Ansietas b/d perubahan status kesehatan

3. Intervensi Keperawatan
a.         Diagnosa 1
Nyeri b/d kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan : Nyeri teratasi/ berkurang
Kriteria Hasil : - klien tidak tampak meringis, klien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi :
1)         Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan faktor
pemberat/penghilang
Rasional : Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi abdomen, mual.
2). Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
Rasional : Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi
3). Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
Rasional : Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat menyebabkan peningkatan nyeri insisi.
4). Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut.
5). Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan posisi, lingkungan tenang.
Rasional : Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping.
6). Berikan analgesik sesuai program.
Rasional : Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.

b.         Diagnosa 2
                    Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d hemorragi
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil : klien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan vulume cairan
Intervensi :
1). Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD
postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam
terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan
Rasional : Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hipovotemik
2). Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran
mukosa.
Rasional : Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi
3). Perhatikan adanya edema
Rasional : Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar albumen serum/protein.
4). Pantau suhu
Rasional : Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama dan dapat menambah kehilangan cairan
5). Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada
keseimbangan cairan.
Rasional : Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit
6). Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.

c.         Diagnosa 3
                    Resiko tinggi infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil: klien tidak menunjukan tanda-tanda terjadinya infeksi
Intervensi :
1)         Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
Rasional : Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi.
2)         Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional : Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
3)         Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi abdomen
Rasional : Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
4)         Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
Rasional : Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan.
5)         Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
Rasional : Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.

d.         Diagnosa 4
                    Ansietas b/d perubahan status kesehatan
Tujuan            : ansietas teratasi/ berkurang
Kriteria Hasil : klien tampak tenang, tidak gelisah, klien mengatakan ketakutannya berkurang
Intervensi :
1). Awasi respon fisiologis, misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Rasional : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/status syok
2). Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
Rasional : Membuat hubungan terapeutik, Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep
3). Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, misal : sensasi yang diharapkan, prosedur biasa

Rasional : Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
4). Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi
Rasional : Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan takut dan ansietas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar